Krisis Usia Produktif dan Meningkatnya Kalangan Lansia di Tiongkok

Tiongkok, sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia, sedang menghadapi tantangan demografis yang serius. Dengan angka kelahiran yang terus menurun dan harapan hidup yang meningkat, negara ini mengalami pergeseran signifikan dalam struktur populasi. Diprediksi pada tahun 2040, sekitar 400 juta orang di Tiongkok akan berusia 60 tahun ke atas, yang mencerminkan lebih dari 28% dari total populasi. Artikel ini akan membahas kondisi demografis, dampak ekonomi dan sosial, serta solusi yang diperlukan untuk mengatasi krisis ini.

Kondisi Demografis Tiongkok

Menurut data Biro Statistik Nasional Tiongkok, pada tahun 2020, populasi Tiongkok mencapai 1,41 miliar orang. Dari angka tersebut, sekitar 18% atau 253 juta orang adalah lansia (usia 60 tahun ke atas). Angka ini diperkirakan akan meningkat secara drastis dalam dua dekade mendatang. Pada tahun 2040, jumlah lansia diprediksi mencapai 400 juta, menempatkan Tiongkok sebagai salah satu negara dengan populasi lansia terbesar di dunia.

Penurunan angka kelahiran juga menjadi isu penting. Data menunjukkan bahwa angka kelahiran di Tiongkok telah menurun menjadi 1,3 anak per wanita pada tahun 2020, jauh di bawah tingkat penggantian populasi yang diperlukan, yaitu 2,1 anak per wanita. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk peningkatan biaya hidup, tekanan pekerjaan, dan perubahan budaya yang lebih menghargai karier dan pendidikan.

Dampak Ekonomi

Krisis demografis ini membawa dampak ekonomi yang besar:

Penurunan Tenaga Kerja: Dengan semakin banyaknya orang memasuki usia pensiun, tenaga kerja di Tiongkok diperkirakan akan menurun dari 900 juta orang pada tahun 2020 menjadi 700 juta pada tahun 2040. Penurunan ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi yang selama ini didorong oleh populasi usia produktif.

Beban Sistem Pensiun: Saat ini, sekitar 1,4 pekerja mendukung satu pensiunan di Tiongkok. Namun, pada tahun 2040, angka ini diperkirakan akan menurun menjadi 1:0,6. Hal ini dapat menyebabkan krisis dalam sistem pensiun, di mana pemerintah mungkin tidak mampu memenuhi kewajiban pensiun bagi populasi yang terus meningkat.

Kenaikan Biaya Kesehatan: Dengan populasi lansia yang lebih besar, biaya kesehatan diperkirakan akan meningkat tajam. Menurut laporan oleh McKinsey & Company, pengeluaran kesehatan di Tiongkok diprediksi akan meningkat dari $500 miliar pada tahun 2020 menjadi lebih dari $1 triliun pada tahun 2030.

Sumber: RM.ID

Dampak Sosial

Struktur Keluarga yang Berubah: Di Tiongkok, tradisi merawat orang tua di rumah masih kuat. Namun, dengan urbanisasi yang cepat dan banyaknya keluarga yang tinggal di kota-kota besar, tantangan dalam merawat lansia semakin meningkat. Data menunjukkan bahwa lebih dari 30% lansia di Tiongkok tinggal sendirian, meningkatkan risiko kesepian dan isolasi.

Kualtas Hidup Lansia: Banyak lansia di Tiongkok menghadapi masalah kesehatan yang kompleks. Diperkirakan bahwa lebih dari 70% lansia menderita satu atau lebih penyakit kronis, seperti hipertensi atau diabetes. Keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan yang memadai dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka secara signifikan.

Isolasi Sosial: Lansia yang tinggal sendirian sering kali mengalami isolasi sosial. Sebuah studi menunjukkan bahwa hampir 40% lansia di Tiongkok melaporkan merasa kesepian, yang dapat berdampak pada kesehatan mental dan fisik mereka.

Solusi dan Kebijakan

Untuk mengatasi krisis demografis yang dihadapi Tiongkok, pemerintah perlu menerapkan serangkaian kebijakan strategis yang komprehensif. Meningkatkan angka kelahiran menjadi salah satu prioritas utama, di mana pemerintah bisa mendorong program yang memberikan insentif bagi keluarga untuk memiliki anak. Ini dapat mencakup subsidi pendidikan, tunjangan untuk orang tua, serta peningkatan akses ke layanan penitipan anak. Selain itu, pengembangan infrastruktur kesehatan yang berfokus pada perawatan lansia sangat penting. Investasi dalam fasilitas kesehatan, pelatihan tenaga kerja kesehatan, dan pengembangan layanan kesehatan di komunitas akan memastikan bahwa kebutuhan lansia terpenuhi dengan baik.

Sumber: Kumparan.com

Pemberdayaan lansia juga harus menjadi bagian dari strategi ini. Masyarakat perlu dilibatkan dalam program yang menyediakan dukungan bagi lansia, termasuk inisiatif sukarela untuk membantu perawatan mereka dan meningkatkan aktivitas sosial yang dapat mengurangi kesepian. Di samping itu, reformasi sistem pensiun menjadi suatu keharusan agar program pensiun dapat berkelanjutan. Hal ini dapat meliputi peningkatan kontribusi, diversifikasi sumber dana, dan pengelolaan investasi yang lebih efisien. Dengan menerapkan kebijakan-kebijakan ini secara holistik, Tiongkok dapat menciptakan landasan yang lebih kuat untuk menghadapi tantangan demografis di masa depan dan meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Krisis usia produktif dan meningkatnya kalangan lansia di Tiongkok adalah tantangan besar yang membutuhkan perhatian serius. Dengan proyeksi populasi lansia yang akan mencapai 400 juta pada tahun 2040, langkah-langkah strategis dan kebijakan yang komprehensif sangat diperlukan untuk mengatasi masalah ini. Jika tidak, dampak terhadap ekonomi dan struktur sosial dapat menjadi serius, mengganggu pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat Tiongkok di masa depan.

Foto Feature: AFP

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Hello
Can we help you?